Masohi - Untuk melestarikan Tarian Budaya Adat Maluku, Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Masohi memberikan pelatihan tarian adat perang, Kamis (10/08). Mendatangkan pelatih dari luar, sekitar 12 orang WBP yang memiliki kemampuan bidang tari-tarian diasah kemampuannya untuk berlatih tarian perang yakni Cakalele.
WBP sekalipun dibatasi kebebasannya secara harfiah, namun hak mereka untuk mendapatkan pembinaan perlu diberikan, apalagi berkaitan dengan Budaya Adat orang Maluku. Maryo Lainata, JFT Pembina Keamanan Pemasyarakatan mengatakan sebagai orang Maluku tidak boleh melupakan adat-istiadat yang selama ini sudah menjadi bagian dalam kehidupan. Seperti halnya seni tari cakalele yang adalah jenis tarian perang orang Maluku menggambarkan bentuk perjuangan para pendahulu, beberapa suku sebagai wujud peperangan.
“Tari cakalele mempresentasikan jiwa patriotisme masyarakat Maluku di Tanah kelahirannya. Tidak seperti tari tradisional yang lainnya yang biasa dibawakan oleh laki-laki atau perempuan saja ketika awal kemunculannya, tari cakalele sejak awal kemunculan sudah ditarikan oleh penari laki-laki dan perempuan, walaupun tarian ini adalah tarian perang, ” ujar Maryo.
Baca juga:
Setya Kita Pancasila Disambut Kepala BNPT
|
Selanjutnya, dijelaskannya bahwa WBP di Rutan Masohi ini berasal dari berbagai suku, agama dan adat istiadat yang berbeda-beda. “Pulau Seram di Maluku ini besar, ada Seram Utara, Seram Bagian Timur, Seram Bagian Barat dengan berbagai macam adat budaya yang berbeda pula bahkan jenis tari-tarian namanya sama tapi bedanya di nama Pata. Seperti halnya WBP di Rutan Masohi, ada yang dari Seram Utara, SBT, SBB, itupun diwilayah mereka banyak kampung-kampung yang mempunyai adat budaya tersendiri. Sebut saja, di Kabupaten Maluku Tengah, ada negeri yang namanya Haruru yang tari cakelele sama namun tariannya ini merupakan tarian Patalima, dimana anggotanya terdiri dari 5 orang, ” terangnya.
Jadi, kali ini pihaknya bekerjasama dengan salah satu tua adat Negeri Haruru untuk memberikan pembinaan jenis tari-tarian adat orang Maluku khususnya di Maluku Tengah Negeri Haruru. WBP yang terlibat masing-masing diberikan tugas, ada sebagai pemukul tifa lari, tifa bas, dan jenis tifa lainnya dan 5 orang WBP lainnya untuk tarian adatnya. “Saya melihat, mereka begitu antusias berlatih, dan semoga tarian ini masih terus membudaya dalam diri mereka sebagai Anak Adat orang Maluku. Karena yang namanya Adat, Budaya bahkan tari-tarian orang Maluku harus dipertahankan dan dilestarikan sekalipun dibatasi ruang dan gerak, " tambah Maryo.
Ia berharap tarian cakalele ini nantinya bisa di pakai atau dipentaskan pada acara-acara besar di Rutmas seperti misalnya dalam hal penyambutan tamu pejabat daerah di Maluku Tengah dan lain-lain. Ia juga mengajak WBP untuk memaknai Tarian Cakalele itu agar dapat diimplementasikan dalam keseharian hidup mereka menjalani hukumannya di Rutan Masohi, seperti memiliki sikap patriotisme, rela berkorban, rasa keberanian, ketangkasan, keperkasaan, rasa persekutuan dan penghormatan.